Bulan: Oktober 2023

5 Peristiwa Sejarah Paling Kelam

Peristiwa Sejarah Paling Kelam. -Dunia mempunyai sejarah kelam pembersihan atau etnis (pembantaian manusia) demi ambisi untuk menguasai suatu wilayah. Tidak pandang usia, korban genosida di seluruh dunia bisa mencapai belasan juta orang. Hingga kini, pengadilan Internasional berusaha menghukum orang yang paling bertanggung jawab dalam kekejaman tersebut.

Berikut adalah 5 Peristiwa Sejarah Paling Kelam :

1. Holocaust oleh Nazi Jerman

Setelah berukuasa pada 1933, Partai Nazi Jerman menerapkan strategi penganiayaan, pembunuhan dan genosida sangat terorganisir yang bertujuan untuk “memurnikan” Jerman secara etnis. Ini sebuah rencana yang di sebut Hitler “Solusi Akhir”. Enam juta orang Yahudi dan lima juta Slavia, Roma , disabilitas, Saksi Yehuwa, homoseksual, dan pembangkang politik dan agama tewas selama Holocaust.

Sepanjang malam 9-10 November 1938, kerusuhan di seluruh Jerman, Austria, dan bagian dari Cekoslowakia (sekarang Ceko dan Slavia), yang di kuasai Jerman, menargetkan orang-orang Yahudi dan tempat-tempat bisnis ibadah mereka. Malam-malam ini di kenal sebagai Kristallnacht, atau “Malam Kaca Pecah”.

2. Khmer Merah Kamboja

Ketika kelompok Khmer Merah mengambil alih pemerintahan Kamboja pada 1975, mereka memulai kampanye “pendidikan ulang” yang menargetkan para pembangkang politik. Golongan ini termasuk dokter, guru, dan siswa yang dicurigai menerima pendidikan.

Mereka dipilih untuk disiksa di penjara Tuol Sleng yang terkenal kejam. Dalam empat tahun setelah mereka berkuasa, antara 1,7 dan 2 juta warga Kamboja tewas dalam “Killing Fields” atau ladang pembantaian Khmer Merah.

Peristiwa Sejarah Paling Kelam

 

Baca Juga : https://www.suaramedia.com/dampak-perang-pada-perekonomian/

3. Genosida Armenia

Pembantaian massal era Perang Dunia 1 dan deportasi hingga 1,5 Juta orang Armenia oleh Turki Ottoman adalah masalah yang sangat sensitif baik Armenia atau Turki. Sejak 1915, etnis Armenia yang tinggal di Kesultanan Ottoman di kumpulkan, di deportasi, dan di eksekusi atas perintah pemerintah.

4. Rwanda

Genosida Rwanda adalah salah satu tragedi berdarah dalam sejarah manusia. Kecelakaan pesawat pada 1994, yang menyebabkan kematian Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana, memicu kekerasan terorganisir terhadap suku Tutsi dan penduduk sipil Hutu moderat di seluruh negri.

Sekitar 800.000 orang Tutsi dan Hutu yang moderet di bantai dalam program Genosida yang di organisir selama 100 hari, menjadikan genosida ini sebagai pembantaian tercepat dalam sejarah dunia.

5. Perang Saudara Sudan

Lebih dari satu dekade lalu, pemerintah Sudan melakukan Genosida terhadap warga sipil Darfuri. Membunuh 300.000 dan menyebabkan lebih dari 2 juta orang mengungsi. Selain krisis yang sedang berlangsung di Darfur. Pasukan di bawah komando Presiden Sudan Omar al-Bashir telah melakukan serangan terhadap warga sipil di wilayah Abyei. Yang menjadi sengketa, dan negara bagian Kordofan Selatan dan Nil Biru. Pada tahun 2010, Pemerintah Sudan dan pemberontak Darfuri menandatangani perjanjian gencatan senjata dan memulai pembicaraan damai jangka panjang yang di kenal sebagai forum perdamaian Doha.

Dampak Perang Pada Perekonomian

Dampak Perang Pada Perekonomian -.Kestabilan suatu negara tentu menjadi impian seluruh rakyat. Akan tetapi ada sebuah kondisi dimana suatu negara dilanda perang akibat sebuah konflik, baik konflik internal maupun konflik eksternal. Maka dari itu, adanya perang tentu sangat berdampak pada perekonomian dan perpajakan negara tersebut baik dari hulu maupun hilir. Berikut beberapa dampak perang pada perekonomian dan perpajakan suatu negara.

Menurunnya Produktivitas Masyarakat

Perang dapat menyebabkan industri tidak berjalan, karena rentan akan kondisi keamanan yang buruk. Akibatnya banyak masyarakat tidak bekerja dan tidak memperoleh uang. Dengan begitu maka penghasilan akan berkurang dan PDB suatu negara menurun.

Melemahnya Daya Beli Masyarakat

Karena masyarakat tidak memiliki uang, maka mereka tidak akan bisa membeli barang kebutuhan sehari-hari. Hal ini juga berakibat pada ekonomi yang tidak berputar dan stok barang menumpuk.

Terjadinya Krisis Fisikal

Salah satu bentuk pajak yang berpengaruh dalam perang adalah PPN. Hal ini di karenakan PPN merupakan pajak yang di kenakan pada setiap barang dan/atau jasa ketika berpindah dari produsen ke konsumen.

Ketika wajib pajak tidak memiliki kemampuan untuk membayar PPN akibat krisi pangan, maka penerimaan pajak negara tersebut juga akan menurun. Tentunya penurunan pajak ini akan membuat pemerintahan menagalami defisit anggaran.

Dampak Perang Pada Perekonomian

 

Baca Juga : https://www.suaramedia.com/penyebab-perang-dunia-i-dan-ii-serta-dampaknya/

Sektor Investasi dan Pasal Modal Terpuruk

Kondisi Keamanan yang buruk membuat para invesator lebih memilih untuk menarik investasi nya dan memindahkan ke negara lain yang lebih aman. Hal tersebut di ikuti dengan jatuhnya pasar modal di negara tersebut.

Mengalami Resesi dan Depresi Ekonomi

Jika Perang tidak kunjung reda, maka negara tersebut dapat mengalami resesi akibat PDB yang minus. Selain itu , juga menyebabkan depresi ekonomi mulai dari pengganguran, kriminalitas, hingga krisis pangan.

Kasus yang terjadi belum lama ini adalah perang antara Rusia dan Ukraina. Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini tidak hanya berdampak bagi perekonomian dan perpajakan nasional, tetapi juga berdampak bagi negara di dunia. Perang antara kedua negara tersebut berdampak pada meningkatnya harga minyak dunia dari $120 per barel menjadi $150 per barel .

Seperti diketahui bahwa Rusia adalah penghasil minyak bumin terbesar ke dua setelah Amerika. Dengan adanya perang tersebut tentu produksi minyak di Rusia mengalami hambatan, sehingga berpengaruh pada aliran ekspor minyak bumi, termasuk Indonesia. Selain itu, juga akan berdampak pada pajak impor dan PPN.

Dampak berikutnya adalah gejolak pasar saham. Apabila perang antara kedua negara tersebut tak kunjung usai, maka investor dapat melakukan aksi jual saham secara besar besaran. Hal ini juga mengakibatkan berkurangnya kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya.

Selanjutnya jika harga minyak dunia terus meningkat hingga lebih dari $100 per barel, maka tingkat inflasi tahunan di Amerika juga akan mengalami peningkatan hingga 10% dengan demikian, kenainaik inflasi tersebut menyebabkan kenaikan suku bunga.